BERITA UTAMA

Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (17)

Pdt. Charles Manuputty : ”Kelayakan Atau Sebatas Prestise”

Jakarta, mupeljakartapusat.org – Semua dilandasi dengan rasa sayang dan cinta pada gereja GPIB dan mau membangun, mau menbuat gereja ini semakin baik kedepan, inilah keterpanggilan  dan termotivasi untuk menjadi salah satu kandidat atau calon Sekretaris I  FMS – GPIB yang ke – 22.

Soal banyak yang punya niat dan keinginan yang sama itu bagus artinya ada banyak orang yang sayang gereja ini dan menang atau kalah bukan tujuan utama tetapi kita mau supaya gereja GPIB kedepan semakin maju dan semakin menjadi berkat. Apalagi menyongsong 100  Tahun GPIB, Tahun 2048, GPIB butuh banyak orang yang berpartisipasi dalam proses penatalayanan kedapan.

Mengapa harus Sekretaris I, dasarnya saya dari Pelkes, dibesarkan di Bidang Pelkes dan basic pendidikan yang menyentuh Germasa, dan saya lebih senang bergerak di dua bidang tersebut dan lebih tepat fashion dan passion-nya dan ini  merupakan posisi strategis. Posisi ini  bukan posisi yang diperebutkan dengan menghalalkan berbagai macam cara, menurut saya biarlah mengalir secara alamiah dan yang pasti kita semuanya ingin yang terbaik bagi GPIB.                            

Sebuah kompetisi dan sebuah kontestasi harus ada menang – kalah, tidak  mungkin semua menang, tidak mungkin semua kalah, diperlukan kesadaran untuk betul-betul meneguhkan kompetensi, bukan soal rivalitas tidak sehat dengan mengumpulkan dukungan almamater. Saya ngak setuju kalau ini selalu dipakai oleh GPIB menjadi kekuatan. Sekarang ini waktunya menyodorkan apa yang bisa kita berikan untuk gereja berdasarkan kompetensi dan kapabilitas.  Kita akan bertarung pikiran bukan bertarung yang lain dan apakah kita ini memiliki kelayakan !!! Atau hanya sebatas prestise, yang penting duduk di Majelis Sinode.

Ketika melihat tantangan kedepan yang semakin berat dan semakin kompleks   kita akan memberkani sesuatu kepada gereja lewat pemilihan FMS – GPIB di Bulan Oktober – 2025 dan sebuah niatan yang baik pasti menghasilkan yang baik, namun kalau motivasinya duduk di MS sudah keliru kemungkinan tidak memberikan dampak yang significant, karna motivasinya bukan untuk pengembangan gereja tetapi untuk prestise pribadi.

Dan pendekatan yang ada di sinode selalu pendekatan kepentingan dan kadang-kadang kita memilih orang dengan melihat background-nya, sepak terjang-nya yang menjadi acuan, dan kadang-kadang pula tak bisa dilepaskan dari faktor prestise, faktor kedekatan emosional, kedekatan pertemanankedekatan etnis, kedekatan almamaterism yang melekat dalam prose lima tahun sekali di GPIB.

Faktor – faktor tersebut selalu mendominasi proses-proses kontestasi pimpinan gereja GPIB, kita ngak bisa pungkiri!  Walaupun selalu digaungkan GPIB  ini gereja universal, terbuka, gereja yang menjunjung tinggi nilai-nilai iman dalam prakteknya masih kuat egosentris dengan budaya – budaya yang kita bangun dalam kesadaran dan menjadi proses tawar, ini menjadi fakta, menjadi sebuah realita yang tak bisa kita bilang tidak.(JP)