BERITA UTAMA

Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (9)

Pdt.Henry Tamaela: ”Pos Pelkes, sebagai Komunitas Misioner”

Jakarta, mupeljakartapusat.org – Pos Pelkes adalah wajah GPIB sesungguhnya , wajah teologi yang beragam, multikultural.  Hal ini penting disadari agar Pos Pelkes bisa memberikan sumbangsih sebagai narasi – narasi kecil, dalam bergereja secara kontekstual. jadi arahnya adalah sebuah  komunikasi yang bottom up dari pada top down.  Jadi saatnya Pos Pelkes didengarkan konteks teologinya. Misalnya konteks Kalimantan, Pos Pelkes GPIB di Kalimantan sangat berkembang.

Pos Pelkes seharusnya menjadi terdepan untuk menunjukkan bahwa Pos Pelkes adalah talenta yang Tuhan berikan untuk GPIB. Dengan demikian banyak hal yang bisa dikerjakan bersama untuk perkembangan GPIB sendiri. Sebelumnya GPIB sudah menempatkan pendeta muda  , fresh graduates. Yang artinya  teman –teman pendeta di Pos Pelkes aset ber-teologi itu sendiri.

Yang perlu diperhatikan juga masalah kesejahteraan teman – teman yang ada di Pos Pelkes, bagaimana pergumulan mereka, juga adalah faktor yang perlu diperhatikan untuk  mengembangkan Pos Pelkes secara teologi dan juga tentu  yang akhirnya  ekonomi di Pos Pelkes.

Sekarang ini Pos Pelkes rata- rata sudah mulai membaik bagus dan sudah berkembang dengan  beberapa Pos Pelkes yang menjadi jemaat mandiri secara daya dana dan teologi. Tentu hal itu harus dilanjutka. Selain itu perlu juga mengembangkan unit- unit yang terkait dengan Bidang Pelkes GPIB. Mungkin Pos Pelkes lebih tepat disebut sebagai Komunitas Misioner diberikan ruang yang sebesar – besarnya, kreatifitas, permisi di lokal mereka dan tetap mengikuti semangat komunitas dengan aturan, ikatan bersama dan tidak independent.

Akhirnya semua Pos Pelkes akan menunjukkan wajah yang unik dan berbeda. Wajah – wajah tersebut menjadi sumbangsih buat GPIB ke depan. Dan dengan demikian, GPIB memiliki kekayaan dan pengalaman yang sangat unik dan  berbeda. Hal ini diharapkan akan membuat GPIB sangat berwajah multikultural melalui Pos-pos Pelkes dengan warnanya masing – masing. Yang kemudian memciptakan GPIB yang Interkontekstual dalam ber-teologi dan tentunya bergereja.(JP)