Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (19)
Pdt. Sarah Hengkesa: ”Budaya GPIB Di Rasa Aman”
Jakarta, mupeljakartapusat.org – Motivasi saya untuk berkontestasi lagi sebagai calon Ketua III MS.GPIB – XXII merupakan penggilan dalam pelayanan dan tak ada kata gagal dan kalau memang Tuhan memilih itu juga karna Kasih Karunia, setia pada passion yang kita kerjakan dan kembangkan, mensyukuri panggilan Tuhan terus melayani, mengerjakan semuanya dalam bentuk pelayanan yang ada di GPIB.
Saya mau maju kembali karna dengan sistem kita bisa berbuat banyak , banyak bukan sesuatu yang sulit, tapi fokus kepada bagaimana kita bisa memimpin. Maitimoe mengatakan tanpa pemimpin misioner tidak ada jemaat misioner. Pemimpin Misioner melalui kepemimpinan Kristus dan penghayatan tokoh –tokoh Teologi yang lampau yang meletakkan dasar untuk jemaat misioner.
Dan sekarang pemimpin visioner harus disentuh, bahwa sudah ada, ya! Tetapi apakah itu sunguh-sungguh menjadi kebutuhan GPIB yang memperlengkapi diri pendeta itu sendiri secara spiritualitas dan pemimpin itu pada akhirnya menolong umat dan fokus kepada pembangunan umat.
Kekuatan sungguh – sungguh untuk sadar bahwa tidak ada jemaat misioner tanpa pemimpin misioner, menggabungkan kedua lewat satu sinergi yang berkelanjutan, membuat itu yang semakin kuat kita kerjakan, karna tantangan kedepan, semakin berat.
Ayolah kita duduk bersama, berbicara siapa itu calon ketua yang mumpuni, kita punya kompetensi dasar di kurikulum grand design untuk menguji itu, masuk ngak dalam kapasitas, kita jangan menggunakan budaya pemilihan DPR/MPR, sorry ya , misalnya makan di restoran, sikut sana sikut sini, terus omon-omon jelek, dst. Kalau kita sadar itu kompetensi pemimpin harusnya bisa membuat strategi menghadirkan calon–calon pemimpin siapa diantara siapa.
Budaya kita di GPIB sebagusnya anda masih di aras fisik dan rasa aman, belum ada sharing cinta kasih, belas kasih, belum diaktualisasi dan belum digrade.
Saya tidak mengerti GPIB yang mau rasa tenang, rasa aman itu gimana? Rasa damai yang mana, ini harus dikaji! Kalau ingin pemimpin yang ramah , lemah lembut, yang kalem dan menghadirkan damai, damai yang mana! Yesus-kan lemah lembut, rendah hati, itu yang utama. Tapi untuk pertumbuhan GPIB ngak cukup hanya itu, untuk pertumbuhan kehidupan bergereja, kerendahan hati, persahabatan, cintai damai harus dibarengi dengan sistem manajemen yang kuat, sementara GPIB bagaimana? Laporan evaluasi sangat lemah, kita mau bilang apa.(JP)