BERITA UTAMA

Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (5)

Pdt.Nitis Harsono:”Generasi Tua Semangat – Muda Tertantang”

Jakarta, mupeljakartapusat.org – Kesiapan untuk maju sebagai salah satu kandidat MS.GPIB–XXII di Persidangan Sinode Raya GPIB, Bulan Oktober – 2025 di Makassar, harus saya katakan saya siap sebagai pelayan sebagaimana Tuhan Kehendaki. Tantangan kita untuk pembangunan Tubuh Kristus terutama dalam keluarga yaitu budaya digital, tetapi diarahkan ada pembinaan, penguatan keluarga. Budaya digital tidak memisahkan, tidak membuat jarak antara anggota keluarga, persekutuan, masyarakat dan budaya digital itu baik selama tidak menghilangkan relasi guyub disemua perhimpunan, keluarga dan gereja.

Kehadiran teknologi informasi dalam hal memperhatikan Firman Tuhan bukan semakin kurang atau parah-parah amat, hanya teknologi akan terus berkembang, teknologi komunikasi, teknologi informatika, akan makin muktahir dari sekarang sampai jauh kesana, orang butuh sentuhan yang punya makna, bukan sentuhan jari baik dalam keluarga dan persekutuan jemaat. Jangan sampai relasinya jadi formal gara-gara seperti itu dan seakan-akan sudah terwakilkan dengan media tetapi dalam perjumpaan malah kurang.

Kehadiran teknologi jangan sampai mengikis silaturahmi diantara kita, misalnya smartphone, itu sudah smart??? Untung masih ada generasi tua yang masih gaptek yang masih mengharapkan perjumpaan langsung, yang masih mau silaturahim,  bagaimana kalau mereka sudah tidak ada! Generasi digital  akan menjalankan dan mengandalkan itu semua hanya perlu dipikir dampaknya itu kedepan yakni kepekaan sosial.

Indonesia ini luas, terutama dengan kehadiran GPIB, gema digital hanya menggema di kota, di Pos Pelkes alias pedesaan belum terlalu, yang dicegah adalah jangan sampai membuat jarak antara jemaat kota dengan jemaat pedesaan.

Dalam hal pemilihan FMS-GPIB, Generasi tua atau senior masih punya semangat, generasi muda atau junior sudah mulai tertantang untuk ikut berkiprah, keduanya positif kok, sesuai dengan alur PKUPPG yang saling mengisi.  Generasi tua sudah mau belajar, mau menerima, mau mendengar itu karna pengaruh peradaban sosial, post modern, yang tanda-tandanya adalah menghargai kemerdekaan individu dimana semua orang punya pendapat, pandangan kebenaran dan harus didengar. Disisi lain PKUPPG dan ke-enam bidang GPIB sudah digumuli lama, dan di jemaat kita usahakan terus bekerjasama, hanya PJP dan PP itu masih kurang bersinergi.

Tri Darma itukan tidak sendiri-sendiri, ngak ada yang satu lebih utama dari yang lain, cara melihatnya letakkan dan tidurkan pasti sama, namun ketika kita melihat gambar Tri Darma itu berdiri, seolah-olah mana yang diatas. Di era disrupsi dan dengan teknologi digital ini, kita bermain dengan teknologi publik, digital bisa digunakan untuk misi, digital harus kontekstual, relevansinya disitu, karna sudah sangat open, jadi harus hati-hati. Kiranya GPIB kedepan terpelihara Per-Guyub-An, keluarga Allah, ada sentuhan yang saling menghargai, saling mempercayai, saling mendukung dan merasa terdukung, ada kerendahan hati dan jangan berhenti untuk selalu mendoakan.(JP)