Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (1)
“Visi Pendeta Johny Lontoh Membangun GPIB Lima Tahun ke depan.”
Jakarta, mupeljakartapusat.org – Pelaksanaan Persidangan Sinode Raya (PSR) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat masih beberapa bulan lagi, tepatnya bulan Oktober 2025 di Makassar Sulawesi Selatan. Akan tetapi, gonjang-ganjing warga GPIB maupun para presbiter sudah ramai mempercakapkan siapa saja yang pantas dicalonkan sebagai fungsionaris Majelis Sinode GPIB Periode 2025-2030. Sebagian kalangan menyikapi hal ini sebagai percakapan biasa menjelang pergantian Fungsionaris Majelis Sinode GPIB. Akan tetapi, sebagian lagi menyikapinya dengan sikap yang tertutup bahkan malu-malu memberi komentar dan belum berani terbuka menyatakan kesiapannya untuk mencalonkan diri.
Hal ini bisa dimengerti karena sebagian besar dari mereka menganggap bahwa perhelatan ini merupakan proses pergantian kepemimpinan di lembaga gereja, jadi biarlah Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja yang menentukan segalanya. Apakah pemikiran ini keliru ? Tidak juga. Masing-masing mempunyai sikap dan persepsi sendiri-sendiri dalam menyikapi suatu proses pergantian kepemimpinan dalam sebuah lembaga gereja.
Namun. jika kita mengamati perkembangan geopolitik global, regional dan domestik yang terjadi belakangan ini memaksa kita sebagai warga GPIB untuk secara dini mempercakapkan dengan terbuka seperti apakah visi seorang pemimpin GPIB dalam menyikapi situasi dan kondisi saat ini. Visi seorang pemimpin GPIB menjadi sangat penting untuk menempatkan posisi lembaga GPIB secara baik dan benar dalam menghadapi berbagai tantangan terkini.
Pendeta Johny Lontoh yang kesehariannya menjabat Ketua Pengurus Harian Mejelis Jemaat (PHMJ) GPIB Paulus yang beralamat di Jl. Sunda Kelapa Menteng Jakarta Pusat dan Ketua III BP MUPEL Jakarta Pusat telah mempersiapkan visinya sekiranya Tuhan berkenaan dan Jemaat GPIB memilihnya sebagai Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Periode 2025-2030. Dalam percakapan singkat di sela pelaksanaan Musyawarah Tahunan MUPEL Jakarta Pusat minggu lalu bertempat di Beth Kesegaran Thresia Gunung Geulis Gadok Bogor Jawa Barat, secara spontanitas penulis bertanya, apakah pak pendeta siap menjadi pemimpin GPIB lima tahun ke depan sekiranya dipercayakan oleh Tuhan dan Jemaat ? Beliau berkata saya telah menyiapkan 7 butir visi saya, akan tetapi karena rentang waktu pelaksanaan Persidangan Sinode Raya masih beberapa bulan lagi, saya malah di bully oleh rekan-rekan sekerja bahkan sebagian kecil Presbiter. Akhirnya, penulis mengatakan bahwa pak pendeta serahkan visi tersebut agar saya publikasikan karena semua warga jemaat GPIB berhak mengetahui apa visi pak pendeta dalam membangun GPIB 5 tahun ke depan ditengah situasi dan kondisi yang terjadi saat ini. Gambar berikut merupakan gambaran tentang visi Pendeta Johny Lontoh. (ap)







