Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (22)
Pdt. Daniel Lumentut: “Pendeta Sentris….Ini Keliru“
Jakarta, mupeljakartapusat.org – Ketepanggilan untuk menjadi Ketua I FMS – GPIB yang ke – XXII, saya termotivasi dan terinspirasi dengan Pdt. Marthen Leiwakabessy, dia punya pelayanan, kinerja ,loyalitas dengan gereja luar biasa dan kalau memang Tuhan kehendaki dan dorongan serta didukung oleh teman-teman, saya akan laksanakan walaupun kandidat di Ketua I saat ini banyak, ngak apa-apa, kita sehat aja bersaing.
Dan tak bisa dipungkiri mengenai primordialisme, almamater, kesukuan, pertemanan, budaya ini di GPIB ngak bisa hilang dari dulu saya amati, mudah-mudahan pemahaman ini keliru.
Dan untuk menghilangkan faktor-faktor itu kita berproses dan semuanya bergantung bagaimana paradigma dari masing – masing teman-teman, ada juga pendeta yang tidak condong ke hal–hal yang begitu dan ini tidak bisa kita pungkiri, kenyataan memang seperti itu, mau tidak mau kita harus ada dalam sistem itu dan kita berusaha merubah itu, dan ketika kita pendeta di GPIB, almamater sudah selesai tidak membawa embel–embel kampus lagi.
Kita sebagai keluarga GPIB yang tak melihat lagi latar belakang dsb. Saya tidak tahu kapan bisa mengikis hal seperti itu, yang selalu ada di setiap pemilihan, mustahil kalau ngak ada itu, yang penting hati saya di GPIB dan saya cinta gereja ini.
Berharap bisa menghadirkan orang–orang yang punya kompetensi, kapasitas dan kapabilitas yang baik untuk GPIB kedepan dan kita perbaiki bersama dan tinggal komitmen masing–masing sebagai warga gereja.
GPIB ini masih kuat patriarki–nya yang merupakan warisan budaya Yahudi, apalagi pendeta sentris masih kuat, disadari atau tidak walaupun kita menganut asas presbiterial sinodal tetapi jemaat-kan patokannya disitu ke KMJ, dan pelan – pelan harus kita kenalkan tentang presbiterial sinodal itu sendiri kepada dia, arti tentang kebersamaan sebagai presbiter, sebagai jemaat.
Dan dalam konteks pemilihan Majelis Sinode setiap orang punya kelemahan, punya kekurangan, tidak ada manusia yang sempurna hanya jangan kepentingan pribadi, lalu karna ambisi akhirnya menjatuhkan teman sendiri sesama keluarga GPIB, ini kurang baik dan kurang etis.
Kalau orang berusaha untuk maju dan dia black campaign dengan teman, bahkan selama ini dekat sebagai sahabat itu kan pengingkaran komitmen kita sebagai seorang pelayan, sepintar apapun, sehebat apapun dia melayani tentu dia punya kelemahan, kekurangan dan setiap kita punya masa lalu, tidak etis kalau kita kembangkan dan munculkan dalam kompetisi.
Kita harus jaga jangan sampai ada pembunuhan karakter di sesi–sesi mendekati hari pemilihan suara karna tidak bagus untuk gereja, jangan karna itu, lalu kita korbankan hal – hal yang sebenarnya tidak patut kita lakukan sebagai gereja.
Prinsip saya mengalir aja, gereja punya Tuhan dan memilih orang-orang yang Dia pilih dan Dia berkenan. Saya tidak terlalu ngoyo! Ada saran dari teman-teman datang ke Pos Pelkes, coba sosialisasi, saya bilang ngak, saya bukan tipe orang begitu, seperti datang kampanye, tugas pokok saya di jemaat, jadi seandainya mau road show atau datang ke tempat-tempat Pos Pelkes, itu menghabiskan waktu, energi, dan juga materi dan kalaupun mau kita bicara dengan teman- teman by WA Call or Video Call. dan persoalan terpilih atau tidak saya serahkan kepada yang punya gereja ini.(JP)