BERITA UTAMA

Pdt.Charles Manuputty: “Nuansa Politik Tetap Ada”

Jakarta, mupeljakartapusat.org – Tatkala perhelatan mulai menggelora, tatkala pikiran terkonsentrasi full, strategi pun dibangun, disusun dengan rapih bahkan tertata, sudah mengantongi nama–nama yang akan di kontestasikan, meeting lebih intensif, sana sini berbisik dengan bisikan tanpa filter, woo suasana makin menggiat, marvelous , menunggu waktu  lima bulan lagi, tepatnya di Bula Oktober – 2025, Persidangan Sinode Raya – GPIB di Makassar  yang  merupakan Pesta Akbar atau biasanya penulis mengatakan Pemilu-nya GPIB akan segera dimulai yang ber-tujuan mencari pemimpin yang ber-kredibilitas, punya kapasitas, punya kapabilitas dan  takut akan Tuhan.

Dalam komunikasi penulis dengan Pdt. Charles Manuputty yang merupakan salah satu kandidat Sekretaris I FMS. GPIB – XXII lewat WA Call, 30 April 2025  pembicaraan kami seputar PSR – GPIB Tahun 2025, berikut petikan wawancaranya :

Apakah masih berlaku pendekatan – pendekatan primordial ?

Saya berharap kita bisa mengubah budaya itu, kita bisa merubah cara berpikir kita lebih kepada  pendekatan kompetensi dan alat berpikir kita untuk pengembangan gereja, bukan lagi melihat bargaining, tawar-menawar, dan buat saya ngak boleh.

Inikan pembicaraan normative, tapi peserta sidang atau utusan yang datang nanti yang mewakili 351 Jemaat GPIB tentunya sudah terjadi cluster, kita kan ngak tahu, bagaimana ?

Cocok, maka saya katakan sampai hari ini, masih tebal tentang hal pemikiran itu, masih kuat, dan berhentilah, sudahlah dengan pendekatan Almamater, Kesukuan, marilah kita pilih orang yang memang punya passion, punya motivasi dan yang sayang gereja ini, walaupun bukan hal yang mudah, kita butuh waktu yang panjang untuk merubah paradigma berpikir teman –teman sehingga bisa mengatakan gereja GPIB, gereja yang universal, gereja yang terbuka karna kami tidak berpijak pada hal – hal yang primodial untuk membuat citra GPIB semakin baik kedepannya dalam perkembangan kehidupan. Dan ingat kita tidak hidup di era `10 – 20 tahun yang lalu, tapi era yang berkembang dan kompleks, berhadapan dengan berbagai macam keadaan, kita harus memikirkan GPIB,  agar bahtera ini dapat menjalankan visi – misinya yang betul – betul terwujud.

Kalau kita masih terkungkung pada primodial, almamater, angkatan artinya kita tidak berubah-ubah setiap lima tahun di Pemilu GPIB ini! Bagaimana mengatasi di luar sana yang sudah ada kampanye, black campaign ?

Saya ngak tahu, GPIB ini luas  dari lokus, wilayah- wilayah pelayanan kita, bagi saya sebatas mereka mengajukan kesiapan dsb. Mungkin itu masih dalam kategori normative saja, tapi kalau sudah black campaign sudah mencari kejelekkan, mengembangkan kelemahan seseorang supaya orang tersebut tidak terpilih, buat saya serahkan sama Tuhan, sajalah. Setiap proses yang kita lakukan dan yang kita jalani bersama dalam gereja besar ini, kita harus imani bahwa Tuhan ber-perkara didalamnya. Kita memilih pemimpin gereja, walaupun trik – trik atau nuansa politik tak bisa dipungkiri, tetap ada. Jika Tuhan berkenan tidak ada yang mustahil, biarkanlah, saya cukup menyiapkan diri saya mau memberi sesuatu untuk GPIB, soal menang atau kalah bukan urusan saya dan kalaupun terpilih, saya akan totaly.

Harapannya untuk GPIB kedepan ?

Kita semua punya harapan yang baik buat GPIB, saya ngak punya visi – misi pribadi karna yang dikerjakan bersama visi – misi GPIB sesuai PKUPPG. GPIB gereja yang misioner, GPIB itu gereja yang sedang berjalan arak –arakan untuk membangun Tubuh Kristus di dalam dunia ini.(JP)