Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (16)
Pdt.Risto Andaki : “Slogan Digital Prakteknya Manual“
Jakarta, mupeljakartapusat.org – Panggilan Kita di GPIB adalah panggilan pelayanan dan bersedia ditempatkan di 26 Propinsi dan 282 Pos Pelkes. Dukungan kepada saya sebagai salah satu kandidat di Sekretaris I FMS – GPIB yang ke – 22 merupakan suatu kepercayaan yang harus dilaksanakan dan saya sudah punya pengalaman dalam ber – Pelkes dan ber – Germasa, sehingga sudah memahamai akan tugas dan tujuan – tujuan pelayanan secara sinodal.
GPIB merupakan organisasi yang kuat dan mampu menopang pelayanan dan sebagai Sekretaris I jika nantinya terpilih secara otomatis bersama dengan FMS – GPIB lainnya, akan masuk dalam penguatan organisasi sebab fungsi sekretaris sebagai roda penggerak organisasi termasuk ketersedian data dan penyelesaian masalah yang ada di jemaat secara cepat, terukur dan profesional.
Menempatkan diri sebagai Sekretaris I harus benar – benar punya kerja layan untuk menguatkan organisasi dan berjalan bersama, Sun Hodos, Sehati, Sepikir karna setiap orang punya fashion dan passion dan menyediakan informasi data serta menanggapi keluhan yang ada dengan serius.
GPIB harus beralih ke digitalisasi, ngak ada pilihan lagi! Semuanya akan terintegrasi secara digital dan harus diupayakan pembangunan pusat digitalisasi GPIB, kita jangan slogan digital tapi praktek-nya manual.
Dan rata – rata kalau sudah di sinode fokus perhatian hanya kepada pendeta, habis waktu mengurus hal – hal diluar pelayanan sesungguhnya, mestinya sinode berpikir global, namun ternyata pikirannya masih lokal dan tindakannya masih lokal, ngak apa – apa sih!
Dan ini perjuangan yang cukup berat mengubah image untuk menaikkan tingkat lokal menjadi global, sinode itu penggerak bukan pemain utama , sinode jangan menempatkan diri sebagai pemain utama’ mana sangguplah kita semua ‘ sehingga orang mau maju jadi terhambat, kedepan harus dirubah polanya menjadi pola pen-delegasian harus lebih maksimal diterapkan.
Dengan banyaknya bakal calon Sekretaris I FMS.GPIB – XXII, menurut saya ngak masalah, pelayanan itu dimana saja, kalaupun orang memilih mereka percaya, mereka tahu, namun-pun kalau tidak terpilih kita masih ada tugas di jemaat.
Mereka yang terpilih nantinya tetap kita supporting dengan harapan buatlah sesuatu yang membaharui sehingga orang terima dengan sukacita , damai sejahtera bukan hanya perkataan tapi dipraktekkan.
Kehebohan menjelang PSR – GPIB, 2025 semacam legacy dimana orang memikirkan hal – hal yang tidak benar , menceritakan riwayat para kandidat dengan menaruh stigma yang terlalu dalam dan stigma ini sudah nampak.
Ini tidak fair dalam konteks pemilihan dimana kita menuju seratus tahun GPIB, kita masih saja terkungkung dengan pikiran swasangka, mau yang terpilih yang sakit kalau orang mau pilih kita harus support dan jika ada masalah di depan atau dibelakang, ngak ada masalah. Black campaign harus dikikis habis jangan sampai menularkan ke generasi penerus, ini preseden buruk, ngak bagus bagi GPIB. (JP)