BERITA UTAMA

Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (18)

Pdt. John Pattiasina: ”Cari Aman Atau Tampias“

Jakarta, mupeljakartapusat.org – Mengukur diri untuk bisa ditempatkan di suatu bidang pelayanan, kembali kepada diri sendiri yang sangat paham akan kapasitas, bukan kepada masukan atau dorongan orang lain karna hasilnya akan tidak maksimal, apalagi dalam scope yang besar yang akan me-manage suatu lembaga dimana banyak orang yang juga punya kompetensi dan kapabilitas.

Kehebohan untuk deal-deal tentang posisi mulai terjadi, saling mendukung antar satu kontestan dengan yang lain mulai dimainkan, waktu berjalan tanpa bisa dikendalikan dengan tangan manusia, seakan hari demi hari selalu disisipkan kata tentang pemilihan Majelis Sinode, ini memang berita seksi yang setiap orang selalu saja mencari tahu breaking news, berita tekini tentang siapa dan siapa. 

Disela – sela kesibukan masing– masing, penulis melalui WA.Call, 3 Mei 2025 melakukan percakapan dan perbincangan dengan Pdt. John Pattiasina, yang merupakan salah satu calon Sekretaris I FMS – GPIB yang ke -22. Berikut petikan wawancaranya.

Mengapa memilih Sekretaris I ?

Ini fashion dan passion saya dan ingin berkecimpung di Bidang pelkes dan Bidang Germasa serta membantu Ketua I dan II dalam hal pembidangan.

Bagaimana melihat peluang untuk duduk sebagai Sekretaris I tapi Mupel Bekasi mendukung sebagai Ketua III ?

Yang mendukung saya semula bukan hanya dari Mupel Bekasi, ada juga dari teman – teman  yang minta saya naik, ya sudah, dan berapapun suara yang saya dapat saya tidak ber – ambisi tapi kalau dipercaya, laksanakanlah tugas itu dengan baik. 

Bagaimana melihat peta persaingan sekarang ?

Memang sih, setiap kali kalau kita mau maju dalam PSR – GPIB, semua orang punya kompetensi masing – masing, itu wajar dan itu hal yang biasa, tetapi kalau saya menyarankan, kalau mencalonkan diri, mari ukur diri dengan baik  dan kalau mau jadi FMS – GPIB satu kuncinya harus baik dengan semua  pendeta , Why? Khususnya KMJ, karna penentuan suara itu di KMJ bukan di penatua atau diaken, dan jangan pernah sombong ketika sudah duduk dan kalau seandainya saya bisa duduk di jabatan Sekretaris I saya akan lakukan apa yang sudah diomongkan itu.

Melihat Pemilihan GPIB I ( satu ) sudah semakin menggiat alias dahsyat, apakah terjadi black campaign ?

Selama ini saya lihat begitu, biasa sih di GPIB dalam proses pemilihan FMS, tapi biasanya sampai disitu, setelah selesai kita selesai. Dan Black Campaign bisa terjadi, sebenarnya hal  yang wajar, dan kalau mau jadi Fungsionaris Majelis Sinode ya ukur diri, mampu ngak , kalau ngak mampu sebaiknya jangan

Apakah yang terpilih nantinya lebih dominan kelayakan atau lebih dominan prestise ?

Kalau bicara mampu, setiap pendeta pasti punya kemampuan, tergantung kepada dirinya, dia mau mengembangkan atau stag. Dan yang paling penting sebenarnya persiapkan tugas dengan baik dan rendah hati, itu yang diinginkan sebenarnya disamping kemampuan.

Bagaimana kalau di Pemilihan PSR GPIB – 2025 baru rendah hati ?

Saya ngak tahu, makanya selalu saya ingatkan, jangan berubah, berubah silahkan itu hak anda. Mau jadi MS lalu berubah, kami sih ngak tertarik tapi memang biasa begitu, tetapi kadang – kadang kalau sudah duduk semua orang berubah.

Masih diluar jalur kita idealisme setelah didalamnya mulut kita terkunci, Why ?

Ikut Arus! Mungkin Cari Aman! Ada dua yang  bisa terjadi di Majelis Sinode yang pertama “kau ubah sistem, kau ubah keadaan lebih baik lagi, kau tampias, yang kedua “kau masuk tapi kau ikut arus”

Semoga MS berikutnya lebih baik lagi dalam segala hal, GPIB semakin maju, sistem semakin baik.

Apakah masih berlaku sistem primordial di PSR.GPIB – 2025 ?

Memang harus diakui almamater mempengaruhi, tapi ketika duduk di MS.GPIB jangan pernah lihat almamater lagi, karna disana sudah ada empat almamater.(JP)