BERITA UTAMA

Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (6)

Pdt.Semuel Karinda: ”Ada Peran Tuhan, Bukan Peran Suara”

Jakarta, mupeljakartapusat.org – Ketika Persidangan Sinode Raya GPIB di Makassar, Oktober-2025 memilih saya sebagai Ketua II MS GPIB – XXII, sebagai Pelayan Tuhan kita harus membawa Misi Tuhan dalam gereja ini. Misi Tuhan tersebut adalah Tri Identitas Gereja, persekutuan, diakonia dan marturia   dibuat sebaik mungkin supaya gereja bisa bertumbuh kedepan membawa umat makin dekat dengan Tuhan dan pelayanan kita benar-benar dipenuhi dengan ketulusan dan kejujuran serta menghadirkan damai sejahtera.

Sebagai kandidat Ketua II jika terpilih nantinya, sudah barang tentu akan melakukan sebagaimana tugas dalam PKUPPG, kita tidak boleh keluar dari ring itu dan bagaimana kita mengejawantahkan tugas pelayanan  kita di bidang Gereja dan Masyarakat (GERMASA) yang ada 4 Cluster, Gereja, Interfaith, Sosial Kemayarakatan dan Lingkungan Hidup.

Dengan latar belakang pendidikan teologi, sub-bidang agama dan masyarakat, sosiologi gereja, ini menjadi perhatian dan daya tarik saya untuk berkecimpung dan mengembangkan Germasa GPIB kedepan.

Persaingan untuk terpilih sebagai Ketua II MS.GPIB sangat banyak, namun setiap orang punya peluang yang sama, punya kesempatan yang sama dan akhirnya yang terpilih hanya satu orang dan siapapun yang terpilih nantinya dia harus mampu melaksanakan gerakan marturia yang didalamnya ada diakonia dan koinonia.

Pemilihan di Makassar – 2025 ada peran Tuhan yang sangat tinggi dan bukan peran suara dan saya melihat Tuhan masih sayang sama GPIB dan masih banyak orang yang mendoakannya untuk melahirkan 11(sebelas) FMS GPIB – XXII dan jangan dilihat pada sistem struktural bahwa mereka yang paling tinggi, ngak!! Karna tugas ini untuk melayani. 

Berbicara tentang teknologi digital, kita harus mencintainya, tapi harus hati-hati, teknologi yang ada harus dibawah kontrol Firman Allah, kontekstual, dan ketika GPIB diperkenalkan dengan budaya digitalisasi mau tak mau kita harus berani bersahabat kalau tidak kita ditinggalkan dan kalau GPIB tidak mampu mengelola digital dalam perspektif persekutuan, pelayanan dan kesaksian GPIB akan tertinggal. GPIB sudah selesai dengan 50 tahun pertama dan masuk ke 50 tahun kedua, GPIB emas berada ditengah-tengah budaya digital dan sangat mengerikan jika tak mampu menggunakan digital didalam tugas panggilan gereja, kita akan tertinggal seperti di Barat, semua umatnya kabur karna tak mau bersahabat dengan teknologi canggih.(JP)