Mencari Pemimpin GPIB Yang Visioner (8)
Pdt. Jona Lumanauw: ”Saya Tidak Ingin Bahasa Kasihan”
Jakarta, mupeljakartapusat.org – Kita tidak boleh punya Visi, kita harus patuh pada keputusan bersama yaitu keputusan PKUPPG, kawal ini dengan Kepatuhtan, Ketaatan, Konsistensi dengan alat ukur Tata Gereja. Kepatuhtan, Ketaatan terhadap Tata Gereja itu yang perlu terus dipertanyakan, sekarang ini dan yang akan datang. Jika nantinya terpilih sebagai Ketua I MS. GPIB – XXII, saya tidak boleh ciptakan program – program tersendiri tetapi tunduk pada keputusan – keputusan yang ada di PKUPPG.
Kerjasama lintas bidang dan peningkatan pendapatan ekonomi warga jemaat demikian juga yang di Pos Pelkes, saya tidak ingin bahasa kasihan, kita memberi dan, membantu mereka bukan karna kasihan tapi betul – betul pemberdayaan serta berdiri dalam posisi yang sama, jangan seolah-olah kita lebih hebat dan lebih tinggi dan mereka lebih rendah.
Meningkatkan pelembagaan Pos-Pos Pelkes dan mempersiapkan teman-teman pendeta yang akan terjun ke Pos Pelkes dan sudah dibekali melalui UP2M dan mencari model terbaik agar mereka berarti.
Berkaca pada Gereja-gereja Katolik, Pastor- Pastor atau tenaga-tenaga pemberita Injil, tidak hanya tentang kerohanian tetapi mereka diperlengkapi dengan berbagai keterampilan bahkan sebagi guru dsb, rasanya jangan malu untuk meniru hal-hal yang baik yang dilakukan oleh gereja-gereja lain.
Persaingan dalam pemilihan Ketua I, FMS GPIB – XXII, PSR – GPIB di Makassar – 2025, cukup banyak ! Ini sah– sah saja, karna tak ada batasannya, batasannya adalah ukur – ukur diri saja, saya sudah 10 tahun di Departemen PELKES, kemudian sekarang ada di posisi Ketua I Mupel Jabar-2 dan di Mupel-Mupel sebelumnya, Ini Modal Saya, dan memimpin baksos – baksos besar baik secara Sinodal maupun dalam lingkup GPI serta sebagai Ketua I kepengurusan YADIA , 2021 – 2025 . Harapannya Black Campaign dalam pemilihan di PSR – GPIB tidak ada ! Black campaign itu jelek, ngak baik, saya tidak akan mengikuti pola – pola demikian, tetap pada jalurnya, jika kemudian nantinya black campaign yang terpilih, Wallahualam, kerjanya mau bagaimana, menggapai sesuatu yang indah dengan cara yang tidak indah! Apakah mampu menampilkan sesuatu yang indah?? Yang pasti black campaign jangan dilakukan dalam kehidupan bergereja.(JP)